Shahih al-Bukhari: 984

Shalat gerhana

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّهُ كَانَ يُخْبِرُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَصَلُّوا.

Dari Ibn Umar ra: Bahwa dia dikabarkan dari Nabi saw:

Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana disebabkan mati atau hidupnya seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Maka jika kalian melihat gerhana keduanya, hendaklah kalian melaksanakan shalat.


Shahih al-Bukhari: 984

Shalat gerhana

Pesan Hadis :
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa terjadi gerhana setelah Ibrahim, putra Rasulullah saw wafat. Orang-orang mulai menduga-duga, sehingga Rasulullah segera meluruskan dugaan mereka dan menjelaskan bahwa gerhana tidak terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang. Gerhana matahari dan bulan merupakan tanda-tanda kebesaran Allah swt. Jika anda menyaksikan gerhana, maka dianjurkan untuk menunaikan dua rakaat shalat gerhana. Seperti shalat istisqa, shalat gerhana dilakukan secara berjamaah, setelah shalat gerhana biasanya imam akan menyampaikan sebuah khutbah.